Halaman

Sabtu, 15 September 2012

Teknik Cetak & Reproduksi

Teknik cetak & Reproduksi

Teknik cetak & Reproduksi
Seorang Desainer Grafis harus memiliki pengetahun mengenai teknologi Grafika dari mulai pracetak-cetak hingga pacsa cetak, sehigga dapat menghindari pemakaian elemen desain yang sangat riskan pada teknik cetak, dan sisi baiknya dapat lebih memaksimalkan ide lebih efesiensi dan kreatif.

Teknik cetak yang sering digunakan antara lain :
1.     Cetak Offset (Offset Printing)
2.     Cetak Flexografi (Flexography Printing)
3.     Cetak Rotogravure (Rotogravure Printing)
4.     Cetak Sablon (Screen Printing)
5.     Cetak digital (Digital Printing)

Cetak offset adalah suatu teknik mencetak dengan menggunakan pelat yang datar sebagai acuan cetak.
Berdasarkan cara pemasukan material kertas yang akan di cetak, mesin cetak Offset dapat dibagi dua:
1.     Mesin cetak lembaran (sheet fed) yaitu mesin cetak yang menggunakan kertas lembaran.
2.     Mesin cetak gulungan (Web fed) yaitu mesin cetak yang menggunakan kertas roll/gulung.
Cetak offset sheeted banyak digunakan untuk mencetak pekerjaan seperti majalah, buku, brosure, kalender, poster dll.
Cetak Web offset digunakan untuk mencetak Koran, tabloid, buku atau majalh yang menggunakan kertas yang lebih tipis disbanding cetak sheetfed.

Ciri khas cetak Offset Sheetfed
-       Cocok untuk mencetak diatas kertas dengan berat sekitar 100-270 gram
-       Cocok untuk mencetak dengan jumlah sekitar di atas 1000exp hingga 10.000 exp.
-       Cocok untuk mencetak majalah, buku, brosur dan lainnya dengan kualitas tinggi.

Ciri khas cetak Offset Webfed
-       Cocok untuk mencetak diatas kertas dengan berat sekitar dibawah 100 gram
-       Cocok untuk mencetak jumlah cetak sekitar ratusan ribu exemplar
-       Kecepatan lebih tinggi disbanding cetak dimesin sheetfed
-       Dapat langsung mencetak pada kedua sisi kertas.

Cetak Gravure
Cetak Rotogravure adalah suatu teknik cetak yang menggunakan Silinder sebagai acuan cetaknya, dan sering disebut dengan cetak dalam oleh karena tinta yang berada dibagian dalam image area dialihkan dari Silinder langsung ke media cetak. Pembentukan gambar pada silinder dapat menggunakan teknologi  Laser, Direct Etching atau Engrave Helio, sehingga terbentuk sel kecil dengan kedalaman tertentu. Cetak Gravure banyak digunakan untuk mencetak kemasan permen, rokok, plastic tipis, alumunium foil ataupun flexible packaging.
Ciri-ciri cetak Rotogravure
-       Cocok untuk mencetak diatas plastic tipis, alumunium foil, material transparent atau apaque.
-       Cocok untuk mencetak oplah yang tinggi
-       Cocok untuk mencetak jumlah warna lebih dari 8 warna.
-       Warna lebih konsisten dibandingkan denga teknik cetak lainnya.
Cetak Flexografi adalah suatu teknik cetak yang menggunakan acuan cetak berupa pelat dari karet atau photopolymer. Cetak flexografi dikenal juga sebagai cetak tinggi karena tinta dialihkan dari area cetak yang lebih tinggi ke media cetak. Pemindahan tinta ke pelat cetak melalui rol transfer yang disebut Anilox dan terbuat dari tembaga (Cu) atau keramik. Pemahaman sederhana cetak fleksografi dapat kita lihat pada prose’s pembuatan stempel. Cetak flexografi banyak digunakan untuk mencetak kemasan label, corrugated (karton gelombang).
Ciri khas cetak Flexografi :
-       Cocok untuk material berupa karton gelombang
-       Cocok untuk mencetak dengan jumlah cetak tinggi
Cetak sharing atau screen printing adalah suatu teknik cetak yang menggunakan Silk Screen sebagai acuan cetaknya. Cetak saring dikenal juga sebagai cetak sablon. Cetak sablon ini memiliki kualitas yang bervariasi. Banyak digunakan untuk pencetakan kaos, gelas, seng, mika, plastic, kertas dan lainnya. Saat ini teknologi cetak sablon sudah menerapkan system Computer to Screen, yang dapat menghasilkan kualitas tinggi.

Ciri khas cetak sablon :
Dapat mencetak diatas hampir semua benda padat, seperti gelas, kaca, keramik, aluminium, seng, mika, plastic, kertas dan lainnya. Karena dilakukan manual (kecuali yang sudah menerapkan teknologi Computer To Screen).

Digital Printing
Cetak digital atau Digital Printing adalah suatu taknik cetak tanpa melalui prose’s pembuatan acuan cetak, melainkan melalui prose’s digital atau “any printing completed via digital file. Semua prose’s pencetakan dilakukan dan dikontrol secara digital dan memiliki metode penintaan yang berbeda sesuai teknologi masing-masing. Di Indonesia saat ini istilah digital printing agak rancu karena perusahaan yang mengaku memiliki jasa digital printing didalamnya berbagai

sejarah teknik grafika


SEJARAH PERCETAKAN
Sejarah pencetakan dimulai sekitar 3000 SM dengan duplikasi gambar. Penggunaan putaran segel silinder untuk rolling yang terkesan ke tablet tanah liat kembali ke peradaban Mesopotamia awal sebelum 3000 SM, di mana mereka adalah karya yang paling umum seni untuk bertahan hidup, dan gambar fitur yang kompleks dan indah. Dalam kedua Cina dan Mesir, penggunaan prangko kecil untuk segel mendahului penggunaan blok yang lebih besar. Di Eropa dan India, pencetakan kain tentu didahului pencetakan kertas atau papirus, ini mungkin juga terjadi di Cina. Proses ini pada dasarnya sama - di Eropa tayangan presentasi khusus dari cetakan sering dicetak pada sutra sampai setidaknya abad ketujuh belas.
Di Cina
Fragmen woodblock awal dicetak berasal dari Cina. Mereka terdiri dari bunga dicetak dalam tiga warna pada sutra. Mereka umumnya ditugaskan ke Dinasti Han sebelum 220. Teknologi pencetakan pada kain di China disesuaikan dengan kertas di bawah pengaruh Buddhisme yang diamanatkan peredaran terjemahan standar di wilayah yang luas, serta produksi beberapa salinan teks kunci untuk alasan agama. Buku-blok kayu tertua dicetak adalah Sutra Berlian . Ini membawa tanggal 'hari ke-13 dari bulan keempat tahun kesembilan dari era Xiantong' (yaitu 11 Mei 868). Sejumlah dicetak Dharani-s, bagaimanapun, mendahului Sutra Diamond oleh sekitar dua ratus tahun (lihat Dinasti Tang ).
Di India
Dalam Buddhisme, jasa besar diperkirakan bertambah dari menyalin dan melestarikan teks, master abad keempat, daftar menyalin kitab suci sebagai yang pertama dari sepuluh praktik-praktik keagamaan penting. Pentingnya teks mengabadikan diatur dengan kekuatan khusus dalam Sutra Sukhāvatīvyūha yang lebih besar yang tidak hanya mendesak taat untuk mendengar, belajar, mengingat dan mempelajari teks tetapi untuk mendapatkan salinan yang baik dan melestarikannya. Ini 'kultus buku' menyebabkan teknik untuk mereproduksi teks dalam jumlah besar, terutama doa-doa pendek atau pesona yang dikenal sebagai Dharani-s. Perangko yang diukir untuk mencetak doa-doa pada tablet tanah liat dari setidaknya abad ketujuh, tanggal contoh tertua. Terutama populer adalah gatha Pratītyasamutpāda, teks ayat singkat menyimpulkan filsafat Nagarjuna dari genesis kausal atau yang saling bergantungan. Nagarjuna tinggal di abad-abad awal era saat ini dan Creed Buddha, sebagai gatha yang sering disebut, dicetak pada tablet tanah liat dalam jumlah besar dari abad keenam. Tradisi ini ditransmisikan ke China dan Tibet dengan Buddhisme. Mencetak teks dari woodblocks tidak, bagaimanapun, tampaknya telah dikembangkan di India.
Di Eropa
Pencetakan blok sudah lama dipraktekkan di Eropa Kristen sebagai metode untuk mencetak pada kain, di mana itu umum oleh 1300. Gambar dicetak pada kain untuk tujuan keagamaan bisa cukup besar dan rumit, dan ketika kertas menjadi relatif mudah tersedia, sekitar 1400, media ditransfer dengan sangat cepat ke kecil ukiran kayu gambar agama dan bermain kartu dicetak di atas kertas. Ini cetakan diproduksi dalam jumlah yang sangat besar dari sekitar 1.425 seterusnya.
Sekitar pertengahan abad ke-, blok-buku, buku ukiran kayu dengan teks dan gambar, biasanya diukir di blok yang sama, muncul sebagai alternatif yang lebih murah untuk naskah dan buku dicetak dengan movable type . Ini semua bekerja sangat digambarkan singkat, buku terlaris hari, diulang di banyak berbeda blok-book versi: moriendi Ars dan pauperum Biblia adalah yang paling umum. Masih ada beberapa kontroversi di kalangan sarjana, apakah pengenalan mereka mendahului atau, pandangan mayoritas, diikuti pengenalan tipe bergerak, dengan rentang tanggal diperkirakan berada di antara sekitar 1.440-1.460.
Kemajuan teknologi informasi sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan teknologi cetak mencetak, sehingga di mana pun kita berada selalu menatap dan menggunakan barang cetakan, misalnya: uang, meterai, prangko, surat kabar, majalah, buku, brosur, folder, poster, spanduk, company profile, formulir, ticket, kemasan (kertas, karton, kaleng, plastik, dll) sampai pada surat-surat berharga yang dipergunakan pada bank-bank, dan sangat banyak jenis, bentuk, jumlah barang cetakan di masyarakat.
Semakin banyak jumlah manusia, semakin meningkat sosial ekonomi, semakin tinggi pendidikan dan kebudayaan suatu bangsa akan semakin banyak memerlukan barang cetakan sebagai sarana komunikasi, alat pembayaran, sebagai pembungkus, dan fungsi-fungsi lain.
Perkembangan terakhir di bidang teknologi produksi grafika sebagai usaha untuk melayani tuntutan pemesan yang semakin cepat dan kritis adalah munculnya “ teknik cetak jarak jauh, instant printing dan yang terakhir print on demand.”
Gambaran umum fungsi dan jenis barang cetakan yang demikian banyak dan bervariasi menuntut industriawan grafika melengkapi peralatan yang memadai dari kualitas dan kuantitasnya, serta kesiapan sumber daya manusianya sebagai penentu keberhasilan produksi. Kondisi demikian memberikan peluang yang sangat besar bagi insan grafika untuk berkiprah mengisi lowongan dan tawaran yang sangat menjanjikan itu.
Sesuai dengan tujuan pendidikan, Teknik Grafika PNJ mempersiapkan struktur program kurikulum yang telah mengacu pada kebutuhan industri grafika walau tetap harus dibantu oleh perusahaan grafika, penyalur alat/mesin sebagai akibat dari perkembangan teknologi grafika. Penyusunan kurikulum tetap menggunakan pola baku, walaupun akhir-akhir ini ada kebebasan untuk mengubah dan menyesuaikan dengan kebutuhan industri. Dengan kebebasan menentukan kurikulum itu, maka Teknik Grafika PNJ segera menyesuaikan kebutuhan di industri percetakan.
Sebagai bentuk penyesuaian itu tercermin di dalam kurikulumnya, terdapat mata kuliah “Sistem Produksi Grafika” dan simulasinya. Mata kuliah ini disajikan dengan menyertakan CD software yang baru saja diselesaikan oleh tim.
Kuliah sistem simulasi produksi grafika ini disajikan pada semester 4 dan semester 5, setelah para mahasiswa memperoleh materi tentang keteknikan di semester 1, 2, 3 dan 4, dan selanjutnya di semester 6 mahasiswa melakukan PKL (praktek kerja lapangan) dengan sistem kelompok sesuai dengan produk grafika yang akan ditekuni.
Di dalam mata kuliah sistem simulasi produksi grafika itu materi penyajiannya ditekankan bagaimana mahasiswa menangani dan mengelola order cetakan mulai dari awal sampai akhir, sehingga bobot manajerialnya lebih menonjol. Tugas demikian pada umumnya di perusahaan-perusahaan percetakan berperan sebagai perencana dan pengendalian produksi (PPC = Planning Production and Controll) atau dalam istilah manajemen, sebagai middle manager yang menentukan alur proses produksi.
Dari materi kuliah yang disajikan ini, diharapkan mahasiswa mampu menyiapkan dan menyusun rencana produksi, mendesain produk, memilih bahan dan alat/mesin produksi, menyusun jadwal produksi, melakukan pengendalian proses produksi dan mengendalikan mutu produksi. Para mahasiswa dituntut pula untuk mengestimasi apakah barang cetakan itu sebagai barang cetakan yang diproduksi akan menguntungkan perusahaan atau sebaliknya.
Selain sebagai seorang perencana dan pengendalian produksi, kemampuan yang diperoleh para mahasiswa itu dapat pula mendukung seseorang sebagai estimator, tenaga pemasaran, dan apabila dibarengi dengan pengembangan diri (melalui pengalaman dan menuntut pendidikan) akan sangat mungkin menjadi manajer setiap bagian dan mungkin lebih tinggi lagi, atau sebagai seorang wiraswastawan.
Percetakan adalah sebuah proses untuk mereproduksi teks dan gambar, biasanya dengan tinta di atas kertas menggunakan mesin cetak. Hal ini sering dilakukan sebagai proses industri skala besar, dan merupakan bagian penting dari penerbitan dan percetakan transaksi.
Perkembangan pencetakan diawali dengan penggunaan segel silinder di Mesopotamia dikembangkan di 3500 SM, dan lainnya yang terkait segel cap . Bentuk paling awal dari pencetakan adalah pencetakan woodblock , dengan contoh-contoh yang ada dari China berasal sebelum 220 AD dan Mesir ke abad keempat. Kemudian perkembangan dalam pencetakan termasuk jenis bergerak , pertama kali dikembangkan oleh Bi Sheng di Cina, dan mesin cetak , proses pencetakan lebih efisien untuk bahasa barat dengan mereka lebih terbatas huruf , dikembangkan oleh Johannes Gutenberg pada abad kelima belas.